Jenis-jenis kodok dan katak

 

Bangkong sungai

 

Bangkong Sungai

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Amphibia

Ordo:

Anura

Famili:

Bufonidae

Genus:

Bufo
Laurenti, 1768.

Spesies:

B. asper

Nama binomial

Bufo asper
Gravenhorst, 1829.

Bangkong sungai adalah nama sejenis kodok dari suku Bufonidae. Nama ilmiahnya adalah Bufo asper Gravenhorst, 1829. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain: kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad.

Identifikasi

Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm.

Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.

Kebiasaan

Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.

Tidak seperti bangkong kolong, bangkong sungai dapat melompat jauh dengan kakinya yang relatif panjang. Kodok ini sering berpura-pura mati apabila ditangkap. Bila dipegang dan diletakkan terlentang di atas tempat yang datar dan rata, kodok ini akan tetap tidak bergerak sampai beberapa saat; untuk kemudian tiba-tiba membalikkan badan dan melompat seketika bila situasi dirasanya sudah aman.

Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama. Bunyi: wok.. kak, berat dan berulang agak lambat.

Penyebaran

Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur.

Di masa lalu, kulit bangkong yang dikeringkan kerap digunakan oleh pencuri Melayu. Asap yang dihasilkan dari kulit yang dibakar dipercaya dapat membius penghuni rumah agar tertidur nyenyak, sehingga pencurian dapat berjalan lancar (Taylor, 1962).

 

 

 

 
Copyright © 2008 by AYAZ CAEM